Ini adalah tahun ke-4 mungkin saya bergabung dengan Komunitas yang berkaitan dengan Teknologi IT , saya bertemu dengan banyak orang, berkenalan dan belajar bersama disaat yang sama merekapun mau berbagi tanpa dikasih imbalan apa-apa. Namun disaat yang sama kadang ketika bertemu cukup sedih juga ketika ada yang mau berbagi eh malah yang mau dibagi pesertanya tidak datang sesuai dengan waktu yang disepakati.

Tapi ya begitulah Komunitas…, karena tidak ada kesepakatan ya kadang maunya sendiri 😀 . Untung saja ada beberapa yang tetap konsisten, komunitas harus ada, “kalau bukan kita terus yang ngurusin siapa?” itu kalimat yang dilontarkannya.

Saya bertemu dengan orang-orang ini dan senang sekali saya dapat bertemu dengan mereka, yang melakukan banyak hal bahkan kadang rela kehilangan sandal :p (dulu waktu kopdar sandalnya ilang dicuri maling…..). Untuk itulah ketika mereka menelpon “Kang bantuin bikin agenda 2019 yak”, ya saya ayoin saja meski bini kadang ngomel harus menempuh perjalanan 60Km untuk menghadiri undangan mereka :p .

Dulu istri saya komplain, karena menempuh perjalanan sejauh itu hanya buat ketemu kopdar kadang hanya buang-buang duit dan juga capek. Namun sepertinya bini saya berubah, malah ayoin aja kl ada kopdar, padahal ya nggak ikut kopdar :p …. usut punya usut gue yang kopdar eh….. dia sama anak-anak shoping 😀 abis itu nginepnya di Hotel alamak….. 😀 .

Memang sejak 3 tahun lalu hidup kami berubah, alhamdulillah rejeki yang kami dapatkan sangat cukup dari yang kami butuhkan bahkan mungkin lebih…..dulu bapak saya ngajarin prinsip “Ya kalau mau bantu orang, bantu aja dengan ikhlas, kalau ada duit ya dibantu duit, kalau nggak ada duit ya bantu tenaga, kalau nggak ada tenaga ya dibantu mikir…”, sampai sekarang wejangan tersebut masih melekat, bahkan nular ke Bini,,,, parahnya nular juga ke anak, kadang anak ngasih Parkir 20Rb (sepertinya nih anak salah lihat jumlah angka nol) dan membantu tetangga sebelah rumah dengan ngasih duit Rp 2000 tiap hari (padahal sebenarnya alibi membeli permen cokelat dan bilang kalo warungnya kurang laku jadi harus dibantu 😀 ) .

“Kalau bisa untuk sendiri kenapa bagi-bagi?” . Bapak pernah bilang “bisa jadi rejeki lebih yang kita dapat bisa jadi merupakan titipan yang dilewatkan kepada kita untuk yang berhak”. Rejeki itu tidak melulu soal uang, baik kontribusi tenaga maupun daya pikir (ilmu) itu juga rejeki, karena dengan keduanya semua orangpun bisa mengais rejeki yang lebih besar. Jadi kalau ada ahli ceramah yang berceramah seperti Pak Ustad yang diMasjid depan rumah itu, mungkin salah satunya ya dia mensyukuri nikmat diberikan rejeki ilmu yang banyak sama Tuhan, dan kewajiban dia ya membaginya dengan orang lain biar rejeki atau ilmunya nambah berlipet-lipet seperti kayak janji Tuhan di QS. Ibrahim: 7 kata Pak Ustad depan rumah.

Jika kita punya rejeki lebih dan kita tergerak untuk membaginya, yang paling susah itu menentukan siapakah yang berhak untuk menerimanya?. Saya sendiri juga kurang tahu, namun yang saya sadari adalah bahwa yang berhak adalah orang yang jelas butuh. “Lha dari mana saya tahu kalau mereka bener-bener butuh?”. Yang butuh adalah yang mereka melakukan usaha keras untuk mendapatkannya, misalnya benar-benar bekerja, kurang lebih begitulah yang bisa saya tangkap dari ceramahnya Pak Ustad ketika menjabarkan QS. An-Najm 😀 .

Eh lha kok malah saya malah ceramah yak 😀 .